Saturday, December 17, 2011

Taman Orang-Orang Jatuh Cinta Dan Memendam Rindu : - Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah


Cinta - sebentuk kata yang tetap saja mengguncangkan dunia, sedari masa Adam-Hawa, Yusuf-Zulaika, Samson-Delilah, Romeo-Juliet, hingga sampai masanya Cinta dan Rangga. Cerita cinta memang penuh romantika hingga tak lekang diperjalanan masa. Ia mendorong penakut menjadi pemberani, orang kikir menjadi dermawan, mencuci pikiran orang yang dengki, memfasihkan Lidah orang yang gagap, membangkitkan keinginan orang yang lemah, merendahkan kehormatan para raja, menampakkan kehebatan para pemberani, gejolak menjadi tenang, akhlak dan kepribadian menjadi tertata, ada kegembiraan yang menari-nari didalam jiwa dan kesenangan yang bersemayam di dalam hati. Ya, cinta ? apapun kisahnya, tetap segar dihadapan mata.

Menghindari Cinta ?
Abu Naufal pernah ditanya, "Apakah seseorang bisa menghindar dari cinta ?". Dia menjawab, "Bisa, yaitu orang yang hatinya keras dan bodoh, yang tidak memiliki keutaman dan pemahaman, Sekalipun seseorang hanya memiliki sedikit kepandaian, kehalusan penduduk Hijaz dan kepintaran penduduj Iraq, tidak mungkin bisa menghindar dari Cinta '.Cinta, suatu rasa yang tak pernah mungkin didusta, ia akan selalu mengiringi perjalanan setiap manusia. Ia hadir disetiap hembusan nafas, melantunkan nada-nada indah yang senantiasa dinantikan. Bisa saja seseorang mengatakan pada seluruh dunia bahwa ia tak pernah jatuh cinta, namun hatinya tak kan pernah sepi dari rasa rindu, kecemasan ingin berjumpa, ketakutan ditinggalkan, maupun kebahagiaan yang menyeruak tatkala sinyal-sinyal cinta mulai berdenyut didalam dada. Cinta adalah gejolak yang bisa ditampilkan pada segenap dunia ataupun dikubur-dipendam dijurang sukma terdalam, namun ia akan selalu ada - tak kan pernah tiada..

Perjalanan Cinta.
Cintalah yang pertama kali menegarkan hati Ia datang bersama takdir berjalan beriringan Jika pemuda berenang di samudera cinta tak bertepi Datang banyak masalah yang tak tertanggungkan Siapa yang sanggup memikul cinta dihati Bencana datang bersama rahasia-rahasianya.

Permulaan cinta indah menawan dihati
Akhirnya kematian laksana permainan
Ia bermula dari pandangan dan canda
Menjalar dihati laksana bara api
Seperti api yang bermula dari percikan
Jika membesar ia akan membakar semua kayu.

Begitulah syair-syair para pecinta ketika menggambarkan cintanya. Suatu Kata yang begitu bebas merdeka namun kini semakin terpasung didalam keangkuhan nafsu manusia. Cinta yang mulanya begitu indah, kini hanya digambarkan dengan kisah asmara dua sejoli yang penuh hasrat menggebu menutup pintu-pintu kasih-sayang.  Dengan cinta, semestinya kedamaian yang tercipta, namun manakala syahwat yang berkuasa, hanya derita yang akan tersisa. Kebebasan dalam menikmati cinta akan terpenjara oleh komitmen penuh dusta, berjanji setia selamanya, makan nggak makan asal berdua, dunia milik kita (yang lain numpang-red), sehidup semati, kaulah segalanya, berkorban apapun aku rela. Akhirnya saat pembuktian tiba tatkala tamu bulanan tak kunjung tiba, cemas yang melanda, mual-mual dan menginginkan hal-hal yang tak biasa (ngidam-red), semua bencana berkunjung serta-merta dikarenakan nafsu yang telah membutakan cinta. Mulailah waktunya ikrar dipertanyakan, tanggung jawab dicari, meletusnya bukit-bukit kehinaan. Cinta, bagaimanapun indahnya, tatkala ia diselimuti dengan nasfu yang merajalela, hanya akan mengantarkan derita.

Kemanakah Cinta Kau Persembahkan ?
Apakah cinta sucimu hanya akan kau persembahkan kepada dunia. Apapun bentuknya, kekasih yang begitu jelita, keluarga yang penuh kehangatan, teman tempat berbagi cerita, harta yang berlimpah, jabatan yang tertinggi, tak ada yang berhak mendapatkan cinta sebelum kau persembahkan ia pada yang haq, Sang Pencipta, penebar cinta diseluruh semesta. Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saaudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaah yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumag tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan rasul-Nya dan (dari) berjihad dijalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasiq. (Q.S. at Taubah: 24).

Sadarilah bahwa cinta sejati hanyalah milik Allah semata. Disebabkan oleh cinta-Nyal kita hadir didunia, mendapatkan kesempatan istimewa untuk menjadi khalifah-Nya. Oleh karena itu, tak ada alasan bagi kita untuk menduakan cinta-Nya. Ia yang telah menjadikan kita dengan segala kesempurnaan, menjaga kelangsungan hidup kita dengan tak putusnya mencurahkan rahmat dan nikmat yang tiada terkira. Tanpa cinta-Nya tak kan ada belaian kasih seorang ibu pada anaknya, tak kan ada perjuangan seorang ayah untuk buah hatinya, tak kan ada hangatnya sinar sang surya yang meyelimuti dunia, dan tak kan pernah kita jumpai keindahan dan pesona alam semesta yang begitu sempurna. Maha besar Ia dengan segala cinta-Nya.

Marilah kembali menatap segala laku kita, apakah cinta kita telah berada pada tempat yang semestinya. Apakah dalam jiwa kita tersimpan rindu yang membara menanti perjumpaan dengan-Nya, Apakah hati kita memendam harap, gelisah, cemas, dan takut tatkala bercermin diri, melihat segala amalan Yang telah dilakukan selama ini. Mengharapkan diterimanya segala ibadah, dan cemas serta takut apabila amal ini tidak diterima oleh-Nya. Apakah cinta kita pada-Nya begitu tulus, sehingga kita akan senantiasa mencintai apa yang Ia cintai dan akan membenci apa yang Ia benci. Apakah kita telah berbakti pada orangtua, karena Allah mencintai seorang anak yang berbakti pada
orangtuanya. Apakah kita rela berkorban menegakkan kalimat-Nya di muka bumi, menyerukan yang ma'ruf dan mencegah segala yang munkar, karena Allah mencintai hamba-Nya yang berjuang dijalan-Nya. Bulatkan tekad, tetapkan niat, wujudkan dalam sikap, Allah cinta kami tertinggi. Islam tidak melarang sesuatu yang berguna bagi manusia, tetapi mengaturnya. Cinta kasih dalam Islam mempunyai bagian-bagian yang berhubungan dengan Sang Pencipta, makhluk-Nya, pribadi-pribadi dan masyarakat. Apabila cinta kasih keluar dari aturan, yang didapatnya bukan cinta kasih tetapi derita.Tidakkah kita melihat bahwa Sang Pencipta memberikan sesuatu yang dapat  membawa keberkahan dan kebahagiaan bagi umat manusia.

'Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang beriman sangat cinta kepada Allah". (Q.S. Al Baqarah: 165)

Sesungguhnya tak pernah sang kekasih mencari tanpa dicari oleh kekasihnya
Apabila kilat cinta t'lah menyambar hati ini
Ketahuilah bahwa ada cinta dalam hati yang lain Apabila cinta Allah bertambah besar di dalam hatimu Pastilah Allah menaruh cinta atasmu
Tak ada bunyi tepuk tangan hanya dengan satu tangan
Kebijaksanaan Ilahi adalah takdir dan ketetapan yang membuat kita cinta satu
dengan yang lain Sampai akhir hingga dunia akan terpelihara oleh kesatuan
kita  (Potongan Puisi Jalaludin Rumi) .

Monday, November 28, 2011

Ku Cinta Dia..



Dialah Allah. Maha Pemurah. Maha Penyayang.
Maha Pencipta, Maha Pengampun.
Maha Pengurnia, Maha Pemberi Rezeki, Maha Pembuka Rahmat.
Maha Pelapang Hidup, Maha Pemberi Manfaat.
Dialah al-Wadud, Yang Maha Mencintai.
Katakanlah, ku cinta Dia.
Mengapa Kita Mencintai Allah S.W.T?
1. Sebagai bukti bahawa kita adalah hamba yang  bersyukur
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibu kamu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia mengurniakan kepada kamu pendengaran dan penglihatan serta hati (akal fikiran) supaya kamu bersyukur.
(Surah Al-Nahlu 16: Ayat 78)
Alhamdulillah. Kita boleh mendengar. Tetapi ada insan yang dilahirkan pekak sekaligus bisu.
Kita boleh melihat. Ada insan yang dilahirkan tidak mampu melihat. Ada yang kehilangan penglihatannya.
Kita boleh berfikir secara waras. Ada insan yang perkembangan akalnya terbantut atau lambat.
Adakah kita bersyukur?
Bagaimana kita bersyukur?
Tidak lain melainkan dengan ketaatan dan kecintaan kepada Allah S.W.T. Pendengaran, penglihatan dan hati, perlu dihiasi dengan ketaatan dan kecintaan kepada-Nya.
2. Demi mencapai kemanisan Iman
Sabda Rasulullah S.A.W. :
"Tiga perkara yang barangsiapa terdapat (ketiga-tiga perkara itu) padanya nescaya dia memperolehi kemanisan iman : (iaitu) Allah S.W.T dan Rasul-Nya adalah lebih dia cintai daripada selainnya (Allah dan Rasul), dan dia mencintai seseorang semata-mata kerana Allah S.W.T, dan dia benci untuk kembali kepada kekufuran (maksiat) sebagaimana dia benci dilemparkan ke dalam api."
(Hadis Sahih Riwayat Bukhari dan Muslim dan lain-lain)
Manisnya coklat berkualiti itu menggembirakan.
Manisnya, lazatnya makanan kegemaran itu menyeronokkan.
Manisnya senyuman dan wajah itu menenangkan.
Manisnya tutur bahasa itu membahagiakan.
Namun halawatul (kemanisan) Iman itu bagaimana?
Ianya suatu rasa yang lebih hebat.
Kemanisan Iman, satu anugerah  daripada Allah S.W.T.
Kemanisan Iman, rasa nikmat ketika melakukan ketaatan kepada Allah S.W.T.
Kemanisan Iman itu adalah kegembiraan hati, tenangnya jiwa dan bahagianya hidup.
من لم يذوق لا يفهم
Siapa yang tidak merasa, tidak memahami.
 
Halawatul Iman itu tidak dapat dirasai melainkan oleh mereka yang sempurna iman dan benar-benar mencintai Allah S.W.T dan Rasul-Nya.
Kemanisan Iman, adalah sesuatu yang kita perlu berusaha sedaya-upaya untuk merasainya.
Kita taat dan mencintai Allah S.W.T dan Rasul-Nya, demi kemanisan Iman.
3. Untuk meraih Cinta Yang Maha Mencintai
Daripada Abu Darda' r.a. bahawasanya:
Rasulullah s.a.w bersabda: "Di antara doa Nabi Daud 'alaihissalam ialah: "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu cinta-Mu dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu dan aku memohon kepada-Mu perbuatan yang dapat menyampaikanku kepada cinta-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta-Mu lebih kucintai daripada diriku dan keluargaku serta air dingin."Dan bila Rasulullah s.a.w  mengingat Nabi Daud 'a.s beliau menggelarinya sebaik-baik manusia dalam beribadah kepada Allah S.W.T."(HR Tirmidzi 3412)
Betapa manusia mengharap cinta daripada kekasih, sifat raja' (harap) itu lebih utama kepada Allah S.W.T.
Betapa manusia berusaha memenangi cinta insani, cinta daripada Allah S.W.T itu lebih utama untuk diraih.
Itulah cinta hakiki yang kita dambakan.

Mencintai Allah S.W.T tidak akan pernah ada erti kecewa atau dikhianati.
Cinta kepada-Nya pasti dibalas dengan cinta daripada-Nya, dibalas dengan pelbagai curahan nikmat dan rahsia yang seni.
Berbahagialah jiwa yang taat dan cinta kepada Allah S.W.T, kebahagiaan di dunia yang sementara dan kebahagiaan di syurga yang kekal abadi.
4. Kerana Allah S.W.T telah memperingatkan dan memberi ancaman:
قُلْ إِنْ كَانَ أبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khuatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya,maka tunggulah sehingga Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah S.W.T tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasiq.
(Surah At-Taubah 9: Ayat 24)
 

Kepada-Mu Kami Memohon:
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu cinta-Mu, dan cinta orang yang mencintai-Mu, dan kecintaan terhadap amal yang mendekatkan diriku kepada-Mu. Keampunan-Mu ku pohon, andai ada selain-Mu yang lebih utama dalam hatiku.
By: I LUV ISLAM

Monday, November 7, 2011

Persoalan Ibadat Korban di Aidiladha



Pada 6 November 2011 bersamaan 10 Zulhijjah 1432, umat Islam akan menyambut Hari Raya Aidiladha bagi meraikan kejayaan sebilangan saudara seagama mengerjakan ibadat haji di Makkah. Bagi umat Islam yang tidak mengerjakan ibadat haji, lazimnya meraka akan mengadakan aktiviti kunjung-mengunjung atau rumah terbuka untuk mengeratkan tali silaturrahim sesama Islam.
Selain itu, Hari Raya Aidiladha turut disambut dengan melaksanakan ibadat korban iaitu akan disembelih binatang seperti unta, lembu atau kambing bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ibadat korban ini bertepatan dengan dalil al-Quran dan hadis berikut (bermaksud):
Maka dirikanlah solat kerana Tuhanmu dan berkorbanlah.
(Surah al-Kauthar: Ayat 2)
Nabi SAW telah berkorban dengan menyembelih dua ekor kibasy yang berwarna putih dan bertanduk. Baginda sendiri yang menyembelih kedua-duanya dengan menyebut nama Allah SWT dan bertakbir sambil meletakkan kakinya di atas tengkok kibasy tersebut.
(Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Erti Pengorbanan
Antara hikmah ibadat korban ialah untuk menghidupkan erti pengorbanan yang dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim AS ketika Allah SWT memerintahkan Baginda menyembelih anaknya Nabi Ismail AS. Nabi Ibrahim AS tidak teragak-agak untuk melaksanakan perintah Allah SWT tersebut, tetapi Allah SWT telah menggantikan sembelihan tersebut dengan seekor kibasy. Keimanan dan kesabaran yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS ketika melaksanakan perintah Allah SWT ini menjadikan ibadat korban mempunyai hikmah tersendiri untuk dihayati oleh setiap orang Islam.
Ukhwah Islamiah Yang Utuh
Selain itu, ibadat korban juga mengandungi pengertian untuk mendidik umat Islam agar mereka tidak melupakan golongan fakir miskin dan orang-orang yang memerlukan bantuan setelah Allah SWT berikan rezeki kepada mereka. Ibadat korban turut melahirkan kegembiraan dan perasaan kasih-sayang sesama sanak-saudara dan jiran-tetangga yang hadir untuk bersama-sama kita bergotong-royong melaksanakan ibadat korban. Dengan itu akan lahirlah sebuah ikatan persaudaraan Islam yang kuat antara individu dan masyarakat.
Hukum Ibadah Korban
Menurut majoriti ulama dan mazhab Shafie, hukum korban adalah sunat muakkad (sunat yang sangat dituntut) bagi orang Islam yang berkemampuan. Namun ia boleh menjadi wajib dengan dua sebab: Pertama, apabila seseorang itu mengisyaratkan kepada binatang miliknya yang sesuai untuk dikorbankan seperti menyatakan "ini adalah korbanku" atau "aku akan korbankan binatang ini".
Kedua, apabila seseorang itu bernazar atau mewajibkan dirinya melaksanakan korban untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT seperti menyatakan "wajib bagi aku korban kerana Allah SWT".
Binatang yang disyariatkan untuk dikorbankan adalah unta, lembu atau kambing. Selain ketiga-tiga binatang ini, tidak sah melakukan korban dengan binatang lain. Ini berdasarkan firman Allah SWT (bermaksud):
Dan bagi setiap umat kami syariatkan penyembelihan (korban) supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternakan yang telah direzekikan Allah kepada mereka.
(Surah al-Hajj: Ayat 34)
Menurut ulama, perkataan binatang ternakan dalam ayat di atas bermaksud unta, lembu dan kambing. Selain itu, tidak pernah diriwayatkan bahawa Rasulullah SAW pernah melakukan korban selain daripada tiga jenis binatang tersebut. Oleh itu, binatang paling afdhal (terbaik) ialah unta, kemudian lembu atau kerbau dan kemudian kambing.
Seekor unta atau lembu boleh dibahagikan kepada tujuh bahagian. Maka harus melaksanakan korban dengan mengambil satu bahagian daripada tujuh bahagian itu. Manakala kambing pula tidak boleh dibahagikan seperti unta dan lembu.
Waktu Korban
Waktu korban bermula selepas terbit matahari Hari Raya Aidiladha iaitu selepas dilaksanakan solat sunat hari raya dan selesai mendengar khutbah. Manakala tempoh mengadakan korban berakhir setelah terbenam matahari pada akhir haritasyrik iaitu 13 Zulhijjah. Sepanjang tempoh tersebut, umat Islam boleh melakukan korban bila-bila masa sahaja, namun korban pada waktu malam kurang digalakkan. Ini bertepatan dengan sabda Rasulullah SAW (bermaksud):
Setiap hari tasyrik adalah sembelihan (waktu korban).
(Riwayat Ibn Hibban)
Daging Korban
Sekiranya korban tersebut adalah korban wajib atau nazar, maka tidak harus bagi orang yang melakukan korban dan mereka di bawah jagaannya memakan daging korban tersebut. Jika salah seorang daripada mereka memakan sedikit daging korban itu, daging korban itu hendaklah diganti semula dengan daging lain atau dibayar dengan nilaian daging yang dimakan.
Namun sekiranya korban tersebut adalah korban sunat, maka harus bagi orang yang melakukan korban itu memakan mengikut kadar yang dikehendakinya dengan syarat dia hendaklah bersedekah sedikit daripada daging korban itu. Manakala paling afdhal ialah memakan sedikit sahaja daging korban itu untuk keberkatan dan bakinya yang lain disedekahkan. Oleh itu, harus bagi orang yang melakukan korban itu memakan satu pertiga daripada bahagiannya, satu pertiga lagi disedekahkan kepada fakir miskin dan satu pertiga lagi dihadiahkan kepada sahabat-handai dan jiran-tetangga walaupun mereka orang kaya.
Daging korban yang dihadiahkan kepada orang kaya hanya boleh dimakan dan mereka tidak boleh menjualnya. Manakala daging korban yang diberikan kepada fakir miskin tidak terikat dengan syarat ini. Maka mereka boleh memakan atau menjual daging tersebut mengikut kehendak mereka.
Kulit Binatang Korban
Bagi orang yang melakukan korban, mereka boleh sedekahkan kulit binatang korban itu atau dimanfaatnya untuk dirinya sendiri. Tetapi tidak boleh dijual atau diberikan kepada penyembelih binatang korban itu sebagai upah kepada sembelihannya. Ini kerana perbuatan memberi upah dengan cara sebegitu boleh menyebabkan kekurangan pada binatang korban dan merosakkan ibadat korbannya. Namun jika pemberian tersebut bukan atas dasar upah kerana orang yang melakukan korban telah memberikan wang sebagai upah kepada penyembelih, maka pemberian kulit dan sebagainya lagi tidak menjadi kesalahan, lebih-lebih lagi penyembelih adalah orang fakir miskin. Ini bertepatan dengan hadis-habis berikut (bermaksud):
Rasulullah SAW telah memerintahkan aku (Ali RA) menyembelih unta-unta Baginda (sembelihan korban ketika haji). Baginda memerintahkan agar aku sedekahkan daging, kulit dan apa yang menutupi belakang unta-unta itu (seperti pelana dan seumpamanya). Baginda juga memerintahkan agar aku tidak memberikan kepada al-Jazzar (penyembelih dan pelapah daging) sedikit pun daripadanya.
(Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Barangsiapa yang menjual kulit binatang korbannya maka tiada korban baginya.
(Riwayat al-Baihaqi)
Manakala antara sunat-sunat ibadat korban seperti; disunatkan tidak menghilangkan bulu dan kuku apabila masuk 10 Zulhijjah, disunatkan orang yang melakukan korban menyembelih binatang korbannya sendiri, jika dia tidak mampu maka hendaklah dia hadir menyaksikan sembelihan itu dan disunatkan bagi pemerintah melakukan korban menggunakan harta Baitul Mal bagi pihak orang-orang Islam.
Demikianlah penjelasan ringkas mengenai persoalan yang berkaitan dengan ibadat korban yang akan dilaksanakan pada Hari Raya Aidiladha nanti. Semoga dengan penjelasan ini akan meningkatkan mutu ibadat korban kita berbanding tahun-tahun sebelumnya. InsyaAllah.
Wallahualam.

Thursday, October 27, 2011

Nilai Hidup Selepas Konvokesyen



Musim konvokesyen datang lagi. Tahniah kepada para graduan yang berjaya memperoleh sijil akademik masing-masing. Sijil yang dipegang dan dijulang akan lebih bermakna apabila ilmu dari pencapaian itu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Maka, eloklah saya menyentuh beberapa aspek yang perlu kita sama-sama memperingati selepas graduasi.
Pertama, akademik adalah hanya salah satu cabang ilmu yang ada di muka bumi Allah SWT.Kita tidak seharusnya terus rasa senang dengan menggenggam sijil pencapaian kerana kita hanya diiktiraf dalam satu cabang ilmu dari beribu-ribu cabang ilmu yang lain.
Ilmu yang kita peroleh itu hanyalah pinjaman Allah kepada kita, sedangkan hakikatnya ilmu-ilmu Allah lebih luas. Maka, kita perlu terus mencari ilmu dan menambah ilmu yang ada dengan mengisi umur kita sehari-hari sebaik-baiknya.
Kedua, menerima hakikat bahawa ilmu Allah itu luas dan Allah Maha Bijaksana. Kita tidak layak bermegah-megah dan takabur dengan pencapaian kita. Meskipun, kita diiktiraf dengan pencapaian akademik yang menakjubkan, tidak bermakna kita hebat dalam semua bidang.
Begitu juga kita tidak perlu iri hati dengan pencapaian orang lain kerana setiap insan itu ada kelebihannya tersendiri dan hari ini bukanlah penamat bagi pencarian ilmu. Apa yang lebih penting adalah, kita masih boleh teruskan pencarian ilmu dan menjadi insan berilmu.
Dalam pada itu, kita perlu merendah diri dan sentiasa bersyukur kepada Allah kerana ilmu Allah begitu luas jika dibandingkan dengan apa kita peroleh. Rasa malu dan merendah diri pada Allah amat membahagiakan dan merasa diri sentiasa ditemani dalam mencari ilmu-ilmu yang bermanfaat.
Ke tiga, rugilah kita jika kita punya ilmu yang bermanfaat tetapi tidak dimanfaatkansewajarnya. Ada dikalangan kita yang cukup bernasib baik kerana mempunyai kerjaya di bidang yang diceburi dan bidang akademik yang diiktirafnya. Tetapi tidak kurang ramainya dikalangan kita yang menceburi bidang kerjaya yang berbeza dengan bidang akademik mereka.
Meskipun begitu, lihatlah pada isi pati akademik bukanlah isi luaran akademik. Di universiti dan kolej, pelajaran terpenting adalah berdikari dalam pencarian ilmu. Ingatlah, tidak semua perkara dalam kertas peperiksaan yang datang dari kuliah bersama para pensyarah. Ada isi pelajaran datang dari kerja kursus dan tugasan yang diberikan.
Tanpa kita sedari, memenuhi tugasan adalah satu tarbiah kepada kita supaya berdikari dalam mencari ilmu. Tidak kurang dengan cara pensyarah yang menggalakan soalan ditanya ketika kuliah atau bertemu mereka untuk mendapat penjelasan yang lebih baik. Benar, belajar biarlah berguru.
Maka semua gaya hidup belajar di menara gading bukan sahaja mengajar kita akan isi luaran akademik tetapi isi pati akademik yang mengajar kaedah hidup dalam pencarian ilmu. Manfaatkan ilmu sebaik-baiknya dan jangan pula kedekut untuk berkongsi ilmu yang ada kerana ilmu itu juga bukan milik kita, tetapi milik Allah SWT.
Ke empat, menjaga kehidupan selepas graduasi dan ketika mendokong tanggungjawab bergelar pekerja. Sikap kapitalis kadang-kala membuatkan kita jauh dari landasan gaya hidup yang Islami.
Waktu solat tidak dijaga, hubungan kita dengan ibu bapa makin jauh, kuliah-kuliah agama ditinggalkan dan banyak lebihkan masa untuk bekerja dari perkara lain. Sememangnya ramai yang berkata, "baru mula kerja, biar usaha lebih sedikit". Tetapi ingatlah, jangan lepaskan masa muda begitu sahaja. Usia yang punya kekuatan mental dan tubuh badan yang cergas membolehkan kita sebenarnya mengisi usia dengan perkara lebih bermanfaat.
Caranya adalah mengimbangi antara tanggungjawab pejabat dan tanggungjawap ke atas diri sendiri dan manusia lain serta kepada Allah. Nekad dan usaha untuk pulang dari pejabat tepat pada waktunya. Teruskan hadir ke kuliah agama dan solat berjemaah. Berikan masa pada suami dan isteri serta anak-anak secukupnya.
Imbangkan hidup dengan nilai hidup yang lebih tinggi. Apalah sangat nilai hidup jika hanya pergi dan pulang pejabat, cukup bulan makan gaji. Selayaknya kita mengecapi kebahagian, ketenangan dan keseronokan hidup yang lebih bermakna dari itu seawal usia muda dengan izin Allah. InsyaAllah.
Ke lima, hati-hati dengan budaya syarikat. Kemasukan syarikat antarabangsa ke negara kita banyak memberi manfaat tetapi awas! Budaya syarikat tidak menekankan aspek rohani. Program syarikat seperti makan malam dan sambutan perayaan negara asal syarikat kadang-kala diisi dengan maksiat serta kemungkaran yang nyata. Hati-hati agar iman terjaga.
Ke enam, hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya. Pernah tidak kita mendengar nasihat ini "besar nanti, jadilah orang yang berguna" lalu kita berkata "ya". Begitu banyak maksud yang boleh disandarkan pada orang yang berguna tersebut.
Hanya satu untuk disentuh di sini iaitu apabila kita memperoleh pendapatan sendiri dan pada masa yang sama mempunyai ilmu serta pengalaman, jangan kita lupa bahawa kita tidak hidup bersendirian. Kita mungkin ada orang bawahan di pejabat, kita punya tukang sapu sampah di pejabat, tukang kebun atau orang gaji di rumah atau sesiapa sahaja yang pada hakikatnya segala urusan hidup kita bergantungan pada mereka ini. Kawallah diri supaya sentiasa menjaga hati mereka.
Berikan mereka hak untuk senyum dan rasa bahagia untuk bekerja untuk kita. Kita juga seharusnya memperbanyakan perkongsian perolehan kita dengan orang lain. Mengajar pekerja baru seikhlas-ikhlasnya, menyumbangkan untuk dana-dana kemasyarakatan dan menyalurkan tenaga kerja untuk kebaikan permasalahan awam antara cara-cara untuk memberi khidmat sukarela yang baik.
Ringankan tangan dan ikhlaskan hati untuk menyalurkan bantuan kepada yang memerlukan. Sasarannya masih sama iaitu menjadi orang yang berguna atau orang yang bermanfaat kerana kita tidak lagi terkongkong dengan pendapatan orang lain serta mempunyai masa yang boleh dikawal sendiri.
Terakhir, inilah masanya untuk kembali berjasa kepada ke dua ibu bapa kita. Inilah masanya untuk merasakan perit pahit dan manis yang dilalui oleh ibu dan bapa kita. Mengingat akan itu, maka berterima kasihlah pada ke dua mereka dan kembali berbaktilah kepada ke duanya.
Berikan masa dan hulurkan bantuan serta perhatian kepada mereka. Sedang kita dahulunya sibuk dengan keperluan kampus, kini tidak lagi. Kita punya kemampuan menyusun masa dan harta sendiri.
Hidup seorang anak hanya akan bahagia dan sebahagia-bahagianya dengan redha dari ibu dan bapa. Umur mereka makin lanjut dan makin kurang bertenaga. Mereka bukan perlukan wang dari kita tetapi mereka hanya dahagakan kasih sayang dari kita. Bahagiakan mereka, semoga Allah membahagiakan kita juga.
Tahniah atas graduasi dan selamat maju jaya.